Search This Blog

Friday 28 August 2015

Tradisi rebut Shi ku dan Bakar Wangkang


   BERANDA     PROPERTI      SOSIAL       SERBA SERBI     KESEHATAN    
www.jbsprokalbar.blogspot.com 


 


 

Lihat Videonya Disini :



Tradisi Rebut sesajian /Shi ku dan Bakar Wangkang

 ( Menurut Legenda )
Setiap tanggal 1 sampai 15 bulan 7 setiap tahun Imlek  selama 15 hari oleh sebagian besar Tionghoa di Kalbar yang menganut Taoisme, Buddha, dan lain-lain akan melaksanakan sembahyang kuburan, yang dalam ajaran Taoisme disebut Festival Cung Yuan dan Buddhis dinamakan Yi Lan Phun Fui (Shi Ku).
Hari tradisi budaya Tionghoa di Kalbar ini asal-usulnya pernah di paparkan beberapa kali di koran-koran terbitan Pontianak, berdasarkan buku kamus: Dictionary of Chinese Manners and Custom dalam bahasa Mandarin. Untuk kali ini, kami coba ceritakan menurut versi legenda yang kami kutip dari buku: Shi Yew Chi (Tur ke Barat) yang ditulis oleh legendaris Mr Wu Chen Eng, Hong Kong (1510-1582) dari bab 10, yang sebagian soal sembahyang kuburan: Yi Lan Phun Fui (Shi Ku dalam dialek Hakka).
Zaman Dinasti Tang (610-907). Pada suatu malam, Kaisar Lie Shi Min  (李世民) ,dalam perjalanan ke alam barzah (tertidur dan bermimpi) sampai ke Gerbang I Nyam Lo Bong/Giam Lo Ong (kaisar di alam barzah). Di tempat penampungan sementara roh-roh dari orang yang telah mati dahulu untuk bertemu ayahnya Lie Yen, abangnya Lie Chian Shen, adiknya Lie Yew Chik, dan pejabat-pejabat baik sipil maupun militer yang telah gugur terlebih dahulu, demi mempertahankan takhta Dinasti Tang yang kini masih diduduki Kaisar Lie Shi Min.
Mereka sekarang belum bisa reinkarnasi dan sedang menunggu vonis dari Nyam Lo Bong untuk hukuman apa yang akan mereka terima. Vonis ini tidak terlepas dari perbuatan mereka semasa hidup di dunia fana. Roh-roh ini sewaktu ketemu Kaisar Lie Shi Min, semuanya menuntut bantuan serta meminta belas kasihan, sehingga beliau kebingungan.
Kaisar Lie berdoa serta meminta petunjuk dari Yang Maha kuasa ( 上帝 ). Akhirnya Kaisar Lie mendapat ilham dan bisa meminjam uang dari toa pek kong. Uang ini adalah simpanan dari sepasang suami-istri bernama Siang Lian yang sekarang masih hidup di Kota Khoi Fung /Kai feng (kota di mana Hakim Bao bersidang). Mereka hidup saleh tanpa ada turunan.
Pada tiap bulan tanggal 1 dan 15 Imlek, mereka pergi ke kelenteng toa pek kong untuk sembahyang dan membakar uang kertas (kim ci). Uang ini semacam deposito yang tersimpan di toa pek kong (tradisi ini sampai sekarang masih dilakukan penganut Taoisme dan Buddhis), dan dipinjam Kaisar Lie dengan perjanjian akan bayar kembali kepada Bapak Siang Lian, setelah kembali dari perjalanan di alam barzah.
Pinjaman ini segera dibagikan oleh Kaisar Lie kepada famili, teman-teman, pejabat-pejabat baik sipil maupun militer yang telah gugur demi kejayaan Dinasti Tang. Juga dibagikan kepada roh-roh yang telantar, karena mati penasaran seperti kecelakaan, perang, bencana alam dan lain-lain yang berkeliaran di mana-mana dengan perasaan tidak menentu.
Pada kesempatan 15 hari raya setahun sekali ini, mereka diberikan izin keluar dari alam barzah pergi mencari bantuan dan belas kasihan di dunia fana, yang amat diperlukan untuk menebus/meringankan hukuman yang akan dijatuhkan oleh Nyam Lo Bong.
Begitu Kaisar Lie Shi Min terbangun dari alam mimpi, segera dia perintahkan penasihatnya untuk melaksanakan tiga pesan dari alam barzah tersebut. Pertama, antar pei kua (labu utara) kepada Nyam Lo Bong sebagai tanda terima kasih atas penyambutan yang ramah. Kedua, bayar kembali pinjaman uang kepada Bapak Siang Lian yang bertempat tinggal di Kota Khoi Fung.
Dan ketiga, membentuk panitia melaksanakan sembahyang di muka halaman toa pek kong pada tanggal 15 bulan 7 Imlek dengan menyiapkan sesajen-sesajen, yang merupakan sandang dan pangan yang terbuat dari kertas/daun dan lain-lain dicampur dengan makanan, buah-buahan dan lain-lain yang ada di dunia, yang dinamakan Yi Lan Phun Fui (Shi Ku, memberi pada roh-roh yang telantar).
Hal ini dilakukan sampai sekarang setiap tahun tanggal 15 bulan 7 Imlek oleh Yayasan Bhakti Suci pada pelataran Kompleks Pemakaman Yayasan Bhakti Suci di Sungai Raya, dan ditambah dengan pembakaran Kapal Wang Kang (Kapal Kekaisaran) disertakan perebutan pada sore hari itu juga, dan sebagai tanda berakhirnya sembahyang kuburan 15 hari bulan 7 Imlek. (Chiong Shi Ku=perebutan semua sesajen dan pembubaran secara halus).
Demikianlah, sembahyang kuburan pertengahan bulan 7 Imlek/Yi Lan Phun Fui/Chung Yuan menurut cerita versi legenda yang kami kutip secara garis besar. Semoga dapat menambah cerita bagi mereka yang senang membaca cerita menurut versi legenda.
Festival Bakar Wangkang ,Pontianak
Pembakaran kapal Wang Kang yang digelar setiap tahunnya oleh Yayasan Bhakti Suci merupakan puncak dari tradisi ziarah makam leluhur oleh kalangan Tionghoa. 
Ribuan warga Tionghoa berkumpul di pemakaman Yayasan Bakti Suci di Jl Adi Sucipto, Kubu Raya, 29 Agustus 2015 ,Puncak Acara Ritual kali ini agak sore sekitar pukul 17 lewat ,karena menunggu kehadiran rombongan Bupati Kuburaya,Bpk Rusman ALi .
Ada dua prosesi yang digelar, pertama sembahyang rebut sesajian, dan selanjutnya pembakaran kapal wangkang yang telah disiapkan didalamnya semua kebutuhan pokok, seperti beras, minyak goreng, uang kertas dan sebagainya. Menurut kepercayaan Tionghoa barang tersebut sebagai bekal yang dipersembahkan kepada arwah leluhur yang akan pulang menggunakan kapal wangkang tersebut.
"Ini sudah merupakan tradisi sejak dulu, dan maknanya sendiri agar masyarakat Kalimantan Barat khususnya bisa diberikan keselamatan dan rezki yang melimpah, " Konon semua persembahan yang ada didalam kapal tersebut diberikan kepada arwah-arwah leluhur.
Diawali sembahyang rebut yakni ritual yang dilakukan terhadap hasil bumi seperti, ubi, bengkuang, nanas, sayur-sayuran dan sebagainya untuk diperebutkan warga. Warga sudah berkumpul di tempat tumpukan barang-barang hasil bumi tepat disamping kapal wangkang. Sebelum diperebutkan bahan hasil bumi tersebut terlebih dahulu didoakan oleh para Tetua tokoh Tionghoa agar mendapat berkah.
Setelah pembacaan doa dilakukan, tanpa dikomando warga yang sudah menunggu lama, baik orangtua, muda, anak-anak langsung berebut hasil bumi tersebut.
Namun ada juga yang tidak ikut berebut.dan hanya menyaksikan prosesi tersebut. Karena masih percaya, jika ia ikut dalam perebutan tersebut maka tahun depan ia juga harus ikut lagi merebutnya selama 3 tahun berturut - turut,jika tidak ingin mendapatkan kesialan atau tidak hoki.

Menurut buku Aneka Budaya Tionghoa Kalimantan Barat, karangan Lie Sau Fat atau XF Asali, sembahyang kubur di Tiongkok tanpa acara pembakaran kapal Wangkang. Di Pontianak, malah ada ritual itu. Kapal Wangkang atau Jung Son mempunyai arti Kapal Samudera. Kapal berfungsi mengangkut ruh-ruh yang tidak diurus oleh keturunan atau yang tidak ada keturunannya, supaya bisa kembali ke tempat kelahirannya. Sebab tiap-tiap ruh mesti ada asal-usulnya.
Mereka harus melalui samudera, maka diperlukan kapal Wangkang.
Untuk pembakaran kapal wangkang sudah disiapkan kayu. Sesaat kapal hendak dibakar warga langsung mengerumuni area tempat kapal wangkang yang akan dibakar. Sebelum dibakar, para tokoh Tionghoa melakukan ritual di atas kapal guna mendoakan arwah-arawah leluhur dan juga masyarakat. 3 unit mobil pemadam kebakaran disiapkan guna mewaspadai api yang membesar pada saat pembakaran agar tidak terjadi hal-hal yang diinginkan.
Tentu semua kembali kepada kepercayaan masing - masing individu.(oct)
Sumber/ dilansir   :         Equator-news.com *

X.F. Asali



                            FB JualBeliSewaPropertiKalimantanBarat
                             @ Cinsedo
                            Octavianus Yap



                               TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA 




KATA MUTIARA BAHASA CHINA DAN ARTINYA

   BERANDA     PROPERTI      SOSIAL       SERBA SERBI     KESEHATAN    
www.jbsprokalbar.blogspot.com 

KATA MUTIARA BAHASA CHINA DAN ARTINYA

              父
          Fù mǔ bù xiào , fèng shén wú yì
       Fu mu put hao, Fung Sin Mo Ji  (Hakka )
    "Bila tidak berbakti pada orang tua,
       Percuma saja menyembah Tuhan'.


           
           Xiōngdì bù hé, jiāo yǒu wú yì
         Hiung dhì  put fo , Gāo Jú mo jie ( Hakka )
   "Bila dengan saudara sendiri tidak rukun, 
    Percuma saja menjalin persahabatan".

            心 高 氣 傲 , 博 學 無 益 。
       Xīn gāo qì ào, bó xué wú yì.
  Sim kó hì ngào , bù hok mo jìe (Hak Ka )
“Sombong dan arogan, Percuma terpelajar.”

               時 運 不 通 , 妄 求 無 益。
     Shí yùn bù  tōng,  wàng  qiú wú yì
     Shí  jùn bùt  thúng , mōng qiù mo jìe ( Hak ka )
“Masa keberuntungan belum tiba, memohon membabi buta juga percuma.”


( Bersambung )
NB :
 Jika ada ralat dan kesalahan ,mohon sharing master dan bantuan teman-teman untuk saling melengkapi .

FB JualBeliSewaPropertiKalimantanBarat
                             @ Cinsedo
                            Octavianus Yap



                               TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA